Arti Sebuah Pertemanan

Teman, satu unsur dalam hidup yang buatku bertahan.

Yang kutahu, 22 tahun hidup yang kujalani, tak dapat kulalui tanpa sosok seorang teman. Lebih-lebih untuk tipikal orang sepertiku, yang setiap detik butuh seseorang untuk berbagi, saling sahut dalam kata, saling memperhatikan meski diam.

Malaysia
Squad pertukaran mahasiswa dan teman hidup di Malaysia

Jika diminta menghitung berapa teman yang kumiliki, dengan tegas akan kuangkat kedua tanganku ke udara -aku menyerah. Tak bermaksud sombong, tersirat katakan kalau aku punya banyak teman. Hanya saja ingin kujelaskan kalau aku aku senang berteman.

Berteman mengajarkanku banyak hal: mau menerima, menyingkirkan ego, menjadi pribadi yang menyenangkan, mau berbagi serta bermanfaat bagi yang lain. Aku tidak langsung pintar dalam urusan berteman. Perlahan-lahan, dihias praktek meninggalkan dan ditinggalkan.

Hingga pada akhirnya kualami sendiri kalau seorang teman pun dapat menjadi keluarga. Memang tak sedarah, namun teman dapat mengisi kekosongan. Penuh yang mereka tuang mampu obati rindu pada keluarga yang hidup pulau seberang.

Tapi tahukah, aku ingin sedikit berbagi cerita.

Aku bukan tipe orang yang masuk dalam daftar favorit untuk diajak berteman.

Karena aku adalah aku. Yang tidak bisa menyembunyikan tentang diriku yang sebenarnya pada mereka. Sekali-dua kali pertemuan, semua masih baik-baik saja, saling lempar canda khas seorang sanguinis yang selalu bahagia. Hingga pada fase, kutunjukkan wajahku yang sebenarnya. Pada titik itu pulalah, seleksi alam terjadi. Praktek meninggakan dan ditinggalkan dimulai. Mereka yang tetap di sisiku akan tetap di sisiku, kujaga, tak kubiarkan lari. Sedang mereka yang pergi, aku tak akan menahan mereka. Karena berteman tak selalu tentang berbagi kebahagiaan, tapi juga tentang mau menerima kekurangan, menguatkan dan merengkuh kala jatuh.

Tinggalkan komentar