Siluet Jingga.

Siluet Jingga (Satu)

Joa mengintip ke luar melalui celah tirai yang sempurna menutup jendela kamarnya. Langit belum berhenti menangis sejak sore. Menyebalkan. Sebab Joa memiliki janji temu dan dia tidak mungkin pergi dengan mengendarai motor bebek kesayangannya.

Lanjutkan baca “Siluet Jingga (Satu)”

PANDORA

HADIAH TANPA NAMA PENGIRIM

Mendapat PR pada hari Sabtu dan harus dikumpulkan pada hari Senin jam pertama adalah kenyataan sangat buruk yang merusak hari Minggu Nara. Disaat seharusnya Nara bisa sedikit santai, dia malah harus bangun sangat pagi mendahului semua orang di rumah. Tanpa mandi dan hanya mencuci muka serta gosok gigi Nara langsung duduk di kursi meja belajar. Membuka buku paket matematika yang tebalnya sebelas dua belas dengan buku KUHP kepunyaan Ibu.

Lanjutkan baca “PANDORA”

PANDORA

DUA BELAS TAHUN KEMUDIAN

-AGUSTUS 2007

“Kau membawanya ‘kan?”

Pertanyaan Nara menghentikan langkah terburu-buru Dio. Dio membeku. Bayangan wajah mengerikan Nara kala kesal mulai bekelebat di dalam pikirannya.

Lanjutkan baca “PANDORA”

PANDORA

PROLOGUE

Seorang gadis kecil berumur lima tahun terduduk diam di sudut ruangan rumah barunya. Mata bulatnya bergerak mengikuti pergerakan kedua orang tuanya yang sejak pagi buta tadi sibuk menata rumah. Mereka pindah ke rumah baru itu kemarin malam. Tiba pukul tujuh dan selesai memasukkan semua perabotan pukul sepuluh. Gadis itu tidak ingat pukul berapa tepatnya dia dan kedua orang tuanya tidur. Yang gadis itu ingat, dia tidur di atas sofa ruang tamu sedang kedua orang tuanya tidur di atas tikar lipat.

Lanjutkan baca “PANDORA”

Under The Umbrella Chapter 2

Kujatuhkan pilihan pada gaun terusa biru tua yang sedikit memamerkan bahuku. Siang tadi aku menghabiskan hampir satu jam berdiri di depan lemari pakaian Ria. Kebanyakan gaun miliknya akan terlalu mini jika kupakai. Mengingat perbedaan tinggi kami yang lumayan signifikan.

Aku duduk di depan cermin. Ria sempurna mematutku. Kulit bagian wajah, leher dan sebagian lenganku yang terbakar berhasil dia samarkan. Aku kembali menjelma menjadi Adia sebelum pergi ke Khao-Lak bahkan lebih sempurna dari seorang Adia yang orang-orang kenal. Lanjutkan baca “Under The Umbrella Chapter 2”

(Novel) PROLOGUE Un-Resolved Love

Di salah satu gerbong kereta, seorang perempuan terlihat tengah menempelkan kepalanya pada kaca jendela. Pandangannya mengedar ke luar, memerhatikan petak-petak sawah yang hanya sekelebatan bayangan. Dalam diam, perempuan itu mencoba menikmati perjalanan ke kota tempatnya tumbuh besar. Sepuluh tahun sudah dia meninggalkan kota itu tanpa pernah kembali.

Ketika orang-orang bahagia karena bisa kembali ke kota tempat mereka menghabiskan separuh lebih hidup mereka, perempuan itu merasakan sebaliknya. Dia tidak bahagia. Kota itu membangkitkan rasa sakitnya. Sudut-sudut sekolahnya, sudut-sudut temaram kota Yogyakarta, semuanya menyimpan kenangannya bersama seorang pria yang mati-matian ingin dia lupakan.

Dulu sekali pria itu sangat mencintainya. Pria itu bertahan di sampingnya tanpa mendapat balasan cinta. Tapi roda kehidupan seseorang di dunia selalu berputar, saat dia mulai mencintai pria itu, pria itu pergi dan tak pernah muncul lagi. Hubungan tanpa status yang mereka jalani berakhir tanpa ada yang mengakhiri.

Perempuan itu meremas ujung undangan reuni yang membawanya kembali ke Yogyakarta. Dia tidak mengharapkan pertemuan mereka. Kalau pun takdirlah yang mempertemukan mereka, dia berharap pria itu sudah tidak mengenalinya. Dia tidak ingin ada pertemuan yang meninggalkan jejak rumit untuk kehidupannya di masa sekarang dan dia tidak ingin kenangan diantara mereka muncul lalu meminta untuk dilanjutkan.