Siluet Jingga.

Siluet Jingga (Satu)

Joa mengintip ke luar melalui celah tirai yang sempurna menutup jendela kamarnya. Langit belum berhenti menangis sejak sore. Menyebalkan. Sebab Joa memiliki janji temu dan dia tidak mungkin pergi dengan mengendarai motor bebek kesayangannya.

Lanjutkan baca “Siluet Jingga (Satu)”

My Current Life – New Chapter in Lombok

Its been a while. 

Masa kuliah saya dihiasi dengan banyak sekali kegiatan yang mengharuskan untuk sering berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Bukan karena latar anak kos –jaman kuliah cuma dua kali pindah kos kok, itu pun karena suatu alasan kuat– tapi lebih karena saya memang tipikal orang yang nggak betah diam di satu tempat saja. Dan saya beruntung kuliah pariwisata karena hasrat saya untuk pergi-pergi tersalurkan dengan baik dan penuh manfaat.

Lanjutkan baca “My Current Life – New Chapter in Lombok”

PANDORA

PROLOGUE

Seorang gadis kecil berumur lima tahun terduduk diam di sudut ruangan rumah barunya. Mata bulatnya bergerak mengikuti pergerakan kedua orang tuanya yang sejak pagi buta tadi sibuk menata rumah. Mereka pindah ke rumah baru itu kemarin malam. Tiba pukul tujuh dan selesai memasukkan semua perabotan pukul sepuluh. Gadis itu tidak ingat pukul berapa tepatnya dia dan kedua orang tuanya tidur. Yang gadis itu ingat, dia tidur di atas sofa ruang tamu sedang kedua orang tuanya tidur di atas tikar lipat.

Lanjutkan baca “PANDORA”

Under The Umbrella Chapter 2

Kujatuhkan pilihan pada gaun terusa biru tua yang sedikit memamerkan bahuku. Siang tadi aku menghabiskan hampir satu jam berdiri di depan lemari pakaian Ria. Kebanyakan gaun miliknya akan terlalu mini jika kupakai. Mengingat perbedaan tinggi kami yang lumayan signifikan.

Aku duduk di depan cermin. Ria sempurna mematutku. Kulit bagian wajah, leher dan sebagian lenganku yang terbakar berhasil dia samarkan. Aku kembali menjelma menjadi Adia sebelum pergi ke Khao-Lak bahkan lebih sempurna dari seorang Adia yang orang-orang kenal. Lanjutkan baca “Under The Umbrella Chapter 2”

Under The Umbrella Chapter 1

 

‘Kau’ adalah ingatan yang tidak ingin kulepas.

***

Mike mendorongku agar segera duduk. Bus yang kami tumpangi untuk menuju Phuket akan segera berangkat. Lima menit lebih awal dari waktu yang ditentukan.

Kusimpan tas ranselku di bawah kursi bus. Sengaja melakukannya karena aku membawa laptop dan kamera yang berharga. Jika terjadi sesuatu pada kedua benda itu maka uang, waktu dan perjalanan yang kutempuh jauh-jauh ke Khao-Lak akan berakhir sia-sia.

Mike mulai sibuk lagi dengan ponselnya. Pria muda berwajah kekanakan itu rekan kerja baruku. Aku merekrutnya, setelah melihat foto-foto hasil jepretannya yang dilampirkan pada portofolio yang dia sertakan ketika mengikuti job fair beberapa bulan lalu.

Mesin bus menyala. Perlahan bus melaju. Meninggalkan terminal Distrik Khao-Lak yang sore itu tidak terlalu ramai.

Lanjutkan baca “Under The Umbrella Chapter 1”