Boleh Aku Bercerita?

Boleh aku bercerita?

Tak banyak, hanya tentang hujan kemarin. Yang mendadak jatuh seperti katakan bahwa rindunya pada bumi sudah tidak tertahankan.

Boleh aku bercerita?

Tak banyak, hanya tentang angin yang membelai tubuhku kemarin. Dingin tak menusuk, sebaliknya membuatku merasa dipeluk.

Boleh aku bercerita?

Tak banyak, hanya tentang kamu.

Kamu yang menghilang mendadak. Memutuskan pergi meski tangan-tangan ini kuat menahan.

Boleh aku bercerita?

Tak banyak, hanya tentang patahan-patahan hatiku yang sekelabu warna langit sebelum hujan yang merindukan bumi itu menderas.

Boleh aku bercerita?

Tak banyak, hanya tentang jiwaku yang rapuh. Yang kemudian dipeluk oleh dingin-dingin kemarin itu.

Boleh aku bercerita?

Kini banyak.

Tentang hujan kemarin dulu itu, tentang angin yang membelai tubuh serasa memeluk, tentang kamu yang menghilang mendadak, tentang patahan-patahan hatiku yang kelabu.

Boleh aku berkata sejujurnya?

Aku hanya sedang berusaha menyulap elegi menjadi manis. Hanya agar aku tetap bisa melontar tanya, ‘boleh aku bercerita?’

Oh semesta… Begitu menyedihkannya….

Pun sejatinya tahu bahwa tanya-tanya itu tiada lagi artinya.

Tinggalkan komentar