Senja Termanis di Senggigi

Senja di Senggigi.

Di mata saya, senja selalu saja manis. Melihat matahari tenggelam selalu menjadi agenda yang membahagiakan bagi saya. Apalagi jika melihat matahari tenggelam di tempat yang ciamik.

Salah satu tempat favorit saya untuk melihat matahari tenggelam adalah Pantai Senggigi. Pertama, karena letaknya yang tidak terlalu jauh dari kantor. Kedua, karena saya bisa sekalian kulineran. Yep, sate pasar seni dan es cendol adalah dua menu wajib yang tidak pernah saya lewatkan.

Kali inipun, saya ingin menceritakan tentang senja yang manis di Senggigi. Tepatnya senja termanis di Senggigi.

Sedikit out of the topic ya, tahu dong kalau Lombok menjadi tuan rumah acara bergengsi Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) 2018. Acara internasional yang merupakan gawe besar TNI AL Indonesia ini diikuti oleh lebih dari 35 negara dan ada sekitar 5500 prajurit angkatan laut dari seluruh dunia datang. Nah, salah satu prajurit angkatan laut yang datang ke Lombok adalah Baskoro.

Baskoro adalah kakak sepupu saya. Kami berdua cuma beda enam bulan, bisa dibilang kami berdua dibesarkan bersama-sama. Bahkan kami punya beberapa barang couple, berbagi mainan, berbagi sepeda roda tiga sampai berbagi gendongan Simbah Putri.

Sejak saya pindah ke Lombok dan Baskoro masuk ke pendidikan Bintara AL kami tidak pernah bertemu. Jika ditotal ada lebih dari setahun kami tidak bertemu. Video call atau telepon tidak masuk hitungan.

Kedatangan Baskoro ke Lombok bagaikan door prize. Berminggu-minggu sebelum kedatangannya ke Lombok saya sudah ribut dengan ini-itu untuk menyambutnya. Dan engingeng akhirnya kami bertemu dan malah ribut dengan handphone masing-masing sebab ingin memamerkan pada keluarga di rumah tentang sepasang saudara akhirnya bertemu lagi.

Selama Baskoro di Lombok, saya meluangkan waktu untuk menemainya. Pada hari berdua kami putuskan untuk mengunjungi Pantai Senggigi. Tidak sendirian sebab dia membawa dua temannya yang salah satunya sudah saya kenal. Yep, di Pantai Senggigi kami asik berfoto bersama. Foto-foto kami yang tidak dapat dihitung berapa langsung kami kirim ke group WA keluarga besar. Lucunya, keluarga kami di rumah bahkan lebih heboh. Utamanya para orang tua.

Sungguh, sebelumnya saya tidak pernah punya pemikiran bahwa menjadi dewasa akan seperti ini. Sebelumnya saya tidak pernah punya pikiran bahwa akan terpisah jauh dengan kerabat dan orang-orang terkasih saya. Dan saya tidak pernah menyangka jika bertemu dengan saudara pun akan jadi sesulit ini setelah menjadi dewasa.

Benar-benar…. Hargailah waktu dan nikmati setiap momen bersama keluarga selagi bisa. Karena nanti jika waktu untuk menjadi dewasa telah tiba, untuk sejenak bersua pun tidak sesederhana seperti dulu.

Dan Mas Baskoro… Terima kasih karena telah meluangkan waktu untuk adikmu yang selalu ingin diperlakukan seperti anak kecil. Terima kasih untuk pelukan hangat bagi adikmu yang selalu haus rindu. Sampai bertemu kembali… Nanti… Suatu hari… Pasti…

Tinggalkan komentar