My Current Life – New Chapter in Lombok

Its been a while. 

Masa kuliah saya dihiasi dengan banyak sekali kegiatan yang mengharuskan untuk sering berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Bukan karena latar anak kos –jaman kuliah cuma dua kali pindah kos kok, itu pun karena suatu alasan kuat– tapi lebih karena saya memang tipikal orang yang nggak betah diam di satu tempat saja. Dan saya beruntung kuliah pariwisata karena hasrat saya untuk pergi-pergi tersalurkan dengan baik dan penuh manfaat.

Di Jogja, saya kuliah di sebuah kampus pariwisata. Kampus yang nggak bisa dibilang besar untuk ukuran kota pelajar sekelas Jogja tapi untuk ukuran sebuah kampus pariwisata sendiri, Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo termasuk jajaran atas. Bukan hanya di Jogja, tapi di Indonesia. Two thumbs up untuk sepak terjang jajaran akademisi dan seluruh staf kampus saya tercintah. 

Sedikit cerita, semasa kuliah, kampus mewajibkan mahasiswa untuk memiliki paspor. Untuk seluruh mahasiswa, nggak terkecuali. Dan artinya, kampus memaksa mahasiswanya untuk pergi ke luar negeri dong.

Yep, kurang lebih seperti itu. Jadi bukan pemandangan aneh melihat satu persatu mahasiswa di kelas menghilang, pergi ke negara sebelah atau lebih jauh dikit untuk nge-trip, ikut pertukaran mahasiswa, internship selama berbulan-bulan, kuliah double degree atau join degree. Bahkan terkadang dalam satu kelas hanya tersisa beberapa mahasiswa saja.

Kesempatan untuk bisa menjelajah negeri orang terbuka luas sekali dengan adanya berbagai program yang difasilitasi oleh kampus. Saya pun menjadi salah satu participant, nggak mau ketinggalan. Setiap ada kesempatan magang atau pertukaran mahasiswa saya selalu mendaftar, urusan lolos atau tidak itu belakangan. Begitu saya dulu.

Syukur alhamdullilah ada saja yang nyantol. Paspor saya jadi punya stempel imigrasi beberapa negara, ketempelan visa juga. Lebih daripada itu, pengalaman tinggal di luar negeri membuat saya jadi memandang hidup dengan cara yang berbeda. Bertemu dengan teman-teman dari berbagai negara membuat saya banyak belajar. Belajar bahasa mereka, karakteristik tiap-tiap orang dari berbagai negara, belajar budaya mereka, belajar menerima perbedaan dan belajar untuk menyaring mana yang baik dan buruk. Satu lagi, saya belajar hidup mandiri. Menangani semua masalah sendiri, karena orang tua jauh.

Bekal pengalaman di luar negeri dan ilmu-ilmu ngekos saya manfaatkan juga ketika harus go inter-island ke Pulau Lombok. Here, my new life has begin. Nggak bisa menye-menye kayak zaman kuliah karena status saya sekarang seorang pekerja.

Pertama saya bekerja di sebuah resort sebagai seorang Front Desk Agent dan kemudian banting stir bekerja di perusahaan travel. Sama-sama masih pada sektor pariwisata sih tapi saya menemukan perbedaan besar pada keduanya. Lingkungan utamanya -lengkapnya, cuma saya saja yang tahu.

Bocoran, banyak yang kagum pada saya karena berhasil bekerja dibidang yang sama dengan jurusan semasa kuliah. Banyak teman banting stir ke field yang beda jauh seperti finance tapi saya berhasil bertahan. Konsistensi harga mati >,<” meskipun ilmu semasa kuliah nggak semua bisa diaplikasikan. Tapi bukan berarti nggak bisa membantu.

And overall, I’m happy being here. Menjadi bagian dari pulau surga. Hari-hari saya penuh liburan, karena setiap tempat membuat saya merasa seperti sedang liburan. Belum lagi kalau inspeksi ke destinasi wisata -dari ujung ke ujung Lombok- kerja dan liburan pada satu waktu. Jujur, banyak banget yang envy. Alhamdullilah dah >,<” (dari dulu saya memang suka bikin orang iri).

Saya jatuh cinta pada Lombok bahkan punya keinginan menetap. Benar kata orang jika pulau ini punya daya magis yang bikin kecantol. Tinggal tunggu waktu saja, kira-kira saya nyantol orang sini juga apa enggak hahahaha.

Starting new chapter of my life in such as beautiful island. I’m ready to fill my life with new spirit and everything in good aspects. Fighting ^,^”

 

 

 

 

 

Tinggalkan komentar